1. Misteri Dari Makam Sunan Kalijaga
Keberadaan dari Makam Sunan Kalijaga itu sendiri hingga kini masih jadi misteri, gara-gara tak bisa masuk ke logika bagaimana barangkali 1 raga mempunyai lebih dari satu makam.
Namun yang berada di Kadilangu, Demak, inilah yang senantiasa ramai oleh para peziarah. Juru kunci Makam Sunan Kalijaga melarang pengunjung untuk mempunyai benda-benda pusaka yang mempunyai khodam ke lebih kurang makam.
Selain Makam dari Sunan Kalijaga mahjong slot itu sendiri, di lebih kurang kawasan ini juga terkandung sebagian makam tokoh lain salah satunya ialah Makam dari Pangeran Haryo Penangsang.
Tempat dari Makam Sunan Kalijaga itu sendiri lumayan luas, dan dapat menampung sebagian puluh peziarah dalam satu waktu.
2. Peninggalan Sunan Kalijaga
Di lebih kurang kawasan Makam Sunan Kalijaga terkandung sebagian gentong peninggalan dari Sunan Kalijaga, yakni:
- Gentong Padasan yakni gentong yang dijadian daerah wudhu Sunan Kalijaga.
- Gentong Pedaringan yakni gentong yang dijadikan daerah menyimpan beras.
Pengunjung dapat ngalap berkah dari air gentong tersebut, bisa meminumnya langsung atau dengan memasukkannya ke dalam wadah untuk lantas dibawa pulang.
3. Sejarah Sunan Kalijaga
Walisongo merupakan sembilan wali yang bertugas menyebarkan ajaran Islam, salah satunya ialah Sunan Kalijaga yang tenar sakti mandraguna.
Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 M mempunyai nama asli Raden Sahid. Merupakan putra dari Adipati Tuban, Temenggung Wiratikta dan Dewi Nawangrum.
Sunan Kalijaga dikenal mempunyai sebagian nama yakni Syekh Malaya, Brandal Lokajaya, Raden Abdurahman, Pangeran Tuban dan Ki Dalang Sida Brangti.
Sunan Kalijaga mempunyai dua istri yang pertama Dewi Saro binti Maulana Ishak (merupakan saudara kandung dari Sunan Giri) dan yang ke dua bernama Dewi Sarokah atau Siti jaenab Binti Sunan Gunung Jati.
Dengan istri pertama beliau mempunyai tiga orang anak yakni Sunan Muria, Dewi Rukoyah dan Dewi Sopiah. Sedangkan dari Dewi Sarokah Sunan Kalijaga memilki lima orang anak yakni Kanjeng Ratu Membayun, Nyai Ageng Penenggak, Sunan Hadi, Raden Abdurahman dan Nyai Ageng Ngerang.