Perjalanan haji yang kaya dengan poin-poin spiritual tersebut sepatutnya benar-benar membawa pulang haji mabrur setelah sekian banyak dana yang dikeluarkan dan sekian tahun lamanya menunggu.
Seyogyanya setelah berkesempatan ke mahjong ways 3 Tanah Suci, para jemaah jangan pula membawa pulang haji yang mardud (tertolak).
Perlu diketahui, ada haji makbul (diterima) dan ada pula haji mabrur. Haji makbul hanya memenuhi persyaratan dan rukun-rukun haji. Sementara kemabruran haji diukur setelah jemaah pulang dari Tanah Suci.
Menunaikan haji tak cukup hanya dengan makbul saja. Impian tiap-tiap jamaah haji haruslah menjadi haji yang mabrur. Karena, tak ada balasan bagi haji mabrur selain surga.
Haji yaitu salah satu rukun Islam yang sepatutnya dijalankan bagi yang punya kemampuan. Definisi cakap di sini, maksudnya cakap dari segi jasmani, ekonomi, dan sebagainya.
Masuk juga cakupan cakap di sini, yaitu aman dalam perjalanan dan obyek yang dituju. Meskipun ada kesehatan dan uang, namun kalau rawan keamanan yang mengancam, regulasinya menjadi tak sepatutnya.
Jadi, haji yaitu pilar Islam. Syariatnya sudah lama dimulai semenjak Nabi Ibrahim AS. Berdosalah orang yang sudah mempunyai kemampuan untuk berangkat haji, namun masih menunda-nunda.
Kemudian, bekal apa yang sepatutnya dimiliki calon jemaah haji?
Bekal untuk menunaikan haji, antara lain materi, seperti keuangan, obat-obatan bagi yang sakit, serta konsumsi khusus yang dianggap sesuai bagi jamaah.
Di samping itu, bekal berupa pengetahuan manasik haji juga penting. Jangan hingga orang yang berangkat haji sudah mengeluarkan tarif dan ongkos sekian banyak, namun pulang ke Tanah Air hajinya ternyata tak sah.
Jangan hingga ada persyaratan atau rukun haji yang tak ditunaikan. Misalkan, dia tak melaksanakan wukuf di Arafah atau mabit di Mina.
Atau dapat saja rukun haji yang dilakukannya kurang dari yang sepatutnya. Misalkan, waktu melontar Jamarat kurang bilangannya. Ini tentu tak total.